[OPINI] Rekor MURI Gemu Fa Mi Re, Tribute to Oshy Lelo - Berita - Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur

Untuk layanan konsultasi data silahkan hubungi kami melalui 082247291975 (whatsapp only) atau melalui email pst5300@bps.go.id

Anda merasa pelayanan kami kurang optimal? Laporkan pengaduan anda disini 

| Anda hobi menulis? Submit Karya Ilmiahmu di Jurnal Statistika Terapan (JSTAR) BPS Provinsi NTT melalui tautan jstar.id

[OPINI] Rekor MURI Gemu Fa Mi Re, Tribute to Oshy Lelo

[OPINI] Rekor MURI Gemu Fa Mi Re, Tribute to Oshy Lelo

13 September 2018 | Kegiatan Statistik Lainnya


Oshy Lelo, tinggal di Kota Kupang

 

Gemu Fa Mi Re" Peserta Terbanyak berhasil terpecahkan dengan 346 ribu peserta, serentak di beberapa kota (Kompas.com).

Rekor ini memecahkan Poco-Poco dengan 65 ribu peserta pada 5 Agusus 2018 atau lima kali peserta tari Poco-Poco. Ini menjadi sejarah baru yang diciptakan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk menyambut hari ulang tahunnya yang ke-73 pada tanggal 5 Oktober mendatang. Piagam penghargaan rekor MURI diterima Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto di Jakarta.

Pemecahan rekor MURI ini dibagi dalam tiga zona waktu yakni Indonesia barat, Indonesia tengah dan Indonesia timur. Di Kupang pemecahan rekor MURI tarian Gemu Fa Mi Re berlangsung di alun-alun Rumah Jabatan Gubernur NTT di Jalan El Tari. Peserta menggunakan seragam olahraga angkatan masing-masing baik TNI maupun Polri. Tak lupa juga mereka menggunakan selendang dan penutup atau ikat kepala ciri khas Maumere, Flores dan NTT.

"Tari ini adalah tari yang mempersatukan, dan saya sangat bangga dengan pemecahan rekor MURI ini," ucap Hadi. Sementara CEO MURI Jaya Suprana mengatakan Tari Gemu Fa Mi Re ini bukan hanya memecahkan rekor MURI tetapi juga rekor dunia. Pasalnya baru kali pertama digelar Tari Gemu Fa Mi Re dengan jumlah peserta terbanyak.

Hari Selasa, 4 September 2018 tentu menjadi hari yang tak terlupakan bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT). Apresiasi kepada TNI yang telah mempromosikan tari ini.

Kota Maumere, Flores dan NTT menjadi terkenal di seantero Nusantara bahkan dunia. Bangga dan haru menyaksikan gerakan harmoni yang dilakukan secara kolosal ratusan ribu orang. Satu komando TNI-lah yang memungkinkan pagelaran akbar ini bisa terjadi.

Frans Cornelis Dian Bunda alias Nyong Franco sang pencipta lagu tentu berbangga. Begitu juga mereka yang bekerja di belakang layar, termasuk Orasius Simon Sawu (Choin alias Oshy Lelo).

Oshy tentu bangga dan mungkin juga tidak pernah menduga, setidaknya beberapa jam sebelum dimakamkan pada Selasa 4 September 2018, Gemu Fa Mi Re berhasil memecahkan rekor dunia. Oshy dan kawan-kawannya merupakan pegiat seni kreatif pendukung Gemu Fa Mi Re.

Mengenang Oshy Lelo

Sound engineer dan fotografi, dunia yang terpaksa saya gumuli berkenaan dengan meninggalnya sahabat kami di Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sikka, Oshy Lelo pada Minggu, 2 September 2018 jam 19.20 Wita di RSUD dr. T. C. Hillers Maumere karena sakit. Oshy meninggalkan istri tercinta Katharina Marlina dan empat orang anak, Abe Lelo, Valery Lelo, Vanesa Lelo, dan Maria Lelo.

Oshy dikenal memiliki beberapa minat dan keahlian yang tidak umum. Dunia kreatif adalah dunia yang tidak umum dan tanpa batas. Dalam sebuah lomba foto yang diadakan oleh BPS RI di Jakarta, Oshy meraih juara pertama. Dengan penampilannya yang sederhana, rendah hati dan apa adanya, kita akan terkecoh.

Di saat-saat terakhirnya Oshy masih bisa menghasilkan gambar yang luar biasa hanya dengan kamera HP. Pada 10 Agustus 2017 Oshy menulis, "My Sky Ga kuat lagi pegang DSLR, HP az bersyukur ms bisa jepret".

Pada tanggal 26 September 2017 Oshy pun masih bisa memotret Gedung BPS Kabupaten Sikka dari udara dengan menggunakan drone, dan menuliskan "Selamat Hari Statistik Nasional, BPS Horoooo...." Rupanya itu menjadi ucapan terakhir darinya.

Dalam dunia sound engineer, Oshy atau Choin Entertainment berhasil menangani beberapa event besar, salah satunya Suryanation Maumere Jazz Fiesta Flores 2017. Sound engineer, saya bahkan takut melihat banyaknya tombol dan canggihnya peralatan sound itu, mungkin itu sebabnya sound, multimedia dan lighting kurang diminati. Anak muda sekarang lebih terobsesi jadi artis instan, perform di stage yang gemerlap ketimbang bekerja di belakang layar. Saya hanya bisa berdoa, "Bantu saya Oshy menelusuri duniamu".

Untunglah akun facebook "Oshy Lelo" berhasil menuntun saya memasuki dunia baru ini. Saya mulai menelusuri jejak-jejak sound engineer melalui tulisannya yang tampak 
seperti seberkas cahaya di malam gelap.

"Apresiasi dan terima kasih utk tim produksi Radio Sonia FM dan Lppl Suara Sikka Semalam dengar acara Debat Terbuka Pilkada Sikka via radio dari hp butut sy. Next mungkin lebih diperhatikan lagi audionya. Satu humming, yg kedua bergaung seperti dalam tanki/tong. ...Sudah saatnya membangun gedung/aula pertemuan apalagi dgn label Convention Center juga memprioritaskan tata akustik dan tata suara yg baik. Akustik bukan sekadar bicara arsitektur dgn plafon gypsum yg berkelok dan profil yg indah. Akustik adalah bgm penyebaran dan penyerapan suara yg baik, di mana suara asli (direct sound) dan pantulan (reverbration) terukur sesuai target yg ingin dicapai. Tata suara bukan soal LOUDSPEAKER saja, dgn menyebar speaker yg byk dlm ruangan tetapi tingkat kekerasan suara yg nyaman & artikulasi bunyi yg clear, enak di telinga."

Oshy Lelo menuliskan pendapatnya soal akustik dan tata suara yang baik. Sebagai pemerhati sound ada pula tulisannya yang membuat saya terbahak-bahak..

"di kota : "mas Sound Systemnya yang enak ya... bisa didengerin kuping... ntar pas ada pesta di hall... pengunjung masih bisa bercakap-cakap... walau Sound System kencang... jadi enak di dengar gitu lo... GRAND PIANO bisa bersuara natural...."
Di desa : "mas Sound Systemnya yang kenceng... kalau bisa kampung sebelah kedengaran... sampai tembus sawah ga masalah... udah ga usah diperhatiin tamu dan bagian pelayanan yang harus membagikan makanan dengan BAHASA ISYARAT (saking kencengnya ga bisa ngobrol...)"


Sound Engineer, keruwetan yang menyenangkan di balik musik yang indah. Di balik lagu Gemu Fa Mi Re yang ringan dan riang, musik benar-benar menjadi sesuatu yang menyatukan dan universal. "Let the Music Live n Loud Let Politics Lie n Die", tulisnya pada 31 Januari 2018. "Biarkan Musik Hidup dan Keras, Biarkan Politik Berbohong dan Mati"

"45 menit terlambat, 45 tahun terlalu cepat, #Thanks God" rupanya menjadi ungkapan selamat ulang tahun terakhir pada 28 Mei 2018. Foto dalam berbagai pose dalam satu bingkai: penyanyi, gitaris, pemain keyboard, dan bassis seolah menggambarkan keseluruhan pencapaiannya ataukah obsesinya, hanya Oshy yang tahu.

Saya atas nama banyak orang, sekurang-kurangnya sahabatmu, teman-teman di BPS Kabupaten Sikka dan BPS Provinsi NTT, Roy Pareira dan seluruh sahabat-sahabatmu di dunia kreatif NTT, berterimakasih luar biasa, terima kasih untuk inspirasi hidupmu bagi kami, sosok di balik rekor dunia Gemu Fa Mi Re!


Sumber: http://kupang.tribunnews.com/2018/09/13/rekor-muri-gemu-fa-mi-re-tribute-to-oshy-lelo

Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur (Statistics of Nusa Tenggara Timur Province)Jl. R. Suprapto No. 5 Kupang - 85111

Telp (0380) 826289; 821755; Faks (0380) 833124

Mailbox : pst5300@bps[dot]go[dot]id

bps5300@bps[dot]go[dot]id

logo_footer

Hak Cipta © 2023 Badan Pusat Statistik