12 Juli 2019 | Kegiatan Statistik Lainnya
Oleh: Minanur Rohman, SST (Statistisi Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur)
Sektor
pariwisata, kini tidak dapat dipandang sebelah mata. Masyarakat zaman now semakin merasa perlu untuk berwisata, mengingat dampaknya kini tidak hanya
pada kepuasan batin namun juga sebagai ajang untuk meningkatkan eksistensi diri
melalui media sosial. Terbukti dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang
menunjukkan konsumsi pengeluaran masyarakat terhadap kebutuhan leisure tahun 2018 mengalami peningkatan
25,3% dibanding tahun 20131. Fakta tersebut mengarahkan pada potensi
peningkatan eksistensi sektor pariwisata dalam beberapa tahun kedepan. Hal ini tentu
sayang untuk dilewatkan begitu saja terutama oleh wilayah yang mempunyai potensi
tinggi pada sektor pariwisata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) salah satunya.
Dengan berbagai potensi wisata yang tersimpan di dalamnya, sangat mungkin
menjadikan sektor pariwisata sebagai leading
sector perekonomian di NTT.
Bukti
besarnya potensi sektor pariwisata di NTT telah tergambar jelas pada data yang
ada. Lebih dari 400 objek daya tarik wisata tersebar di seluruh kabupaten/kota
di Provinsi Nusa Tenggara Timur2. Bahkan beberapa objek wisata
tersebut cukup viral dan menjadi trending
topic akhir-akhir ini, sebut saja Pulau Komodo dan Pulau Padar di Kabupaten
Manggarai Barat, Air Terjun Tanggedu dan Bukit Wairinding di Kabupaten Sumba
Timur, serta Danau Weekuri dan Pantai Bawana di Kabupaten Sumba Barat Daya. Masing-masing
tempat wisata tersebut mempunyai ciri khas tersendiri yang tidak dapat ditemui
di objek wisata serupa di tempat lain.
Selaras
dengan banyaknya objek wisata yang terdapat di NTT, kunjungan wisatawan ke NTT selama
beberapa tahun terakhir juga menunjukkan tren positif. Selama tahun 2013-2017
jumlah wisatawan terus meningkat, baik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Pada tahun 2013, terdapat 397.543 wisatawan yang berkunjung ke NTT3.
Jumlah tersebut konstan mengalami kenaikan tiap tahun hingga mencapai 616.538
wisatawan pada 2017. Dengan kata lain jumlah wisatawan tahun 2017 naik 55%
dibanding tahun 2013. Jika dilihat dari komposisinya, sebanyak 93.455 wisatawan
atau 15,2% persen dari total wisatawan tahun 2017 merupakan wisatawan
mancanegara. Jumlah tersebut mengalami kenaikan 42,7% dibanding tahun 2016.
Tren
serupa juga terjadi pada sektor akomodasi (perhotelan dan penginapan). Jumlah
fasilitas akomodasi berupa hotel dan penginapan meningkat cukup signifikan
selama 2013-2017. Tahun 2017, terdapat 423 fasilitas akomodasi yang tersebar di
berbagai wilayah di NTT, 27 diantaranya berupa hotel berbintang. Jumlah
tersebut meningkat 33% dibanding keadaan tahun 2013. Fakta menarik terdapat
pada akomodasi jenis hotel berbintang. Selama tahun 2017 terdapat penambahan 8
hotel berbintang di NTT, atau bertambah 42,1% hanya dalam kurun waktu satu
tahun. Pencapaian tersebut merupakan yang tertinggi selama 5 tahun terakhir,
dimana sebelumnya jumlah hotel berbintang selalu konstan sebanyak 17 Hotel
selama 2013-2016. Hal ini menunjukkan daya tarik investor terhadap sektor
pariwisata di NTT tidak dapat diremehkan. Tentu investor bertindak demikian
bukan tanpa alasan, potensi pariwisata di NTT yang semakin kentara menjadi
penyebabnya.
Besarnya
potensi pariwisata di NTT perlu dikelola dengan baik dan benar, sehingga
berdampak positif terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Idealnya, besarnya potensi pariwisata di suatu wilayah, berbanding lurus dengan
kesejahteraan masyarakat sekitar. Provinsi Bali contohnya, salah satu provinsi
dengan potensi pariwisata terbesar di Indonesia. Melalui pengelolaan wisata
yang baik, Provinsi Bali telah berhasil menghantarkan masyarakatnya merasakan
dampak positif berupa kesejahteraan dan perkonomian yang baik. Terlihat dari
persentase penduduk miskinnya yang hanya 3.91% menempati urutan kedua sebagai provinsi dengan
persentase penduduk miskin terendah di Indonesia, setelah DKI Jakarta4.
Selain itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Bali juga cukup tinggi,
yaitu 74,3 (dari skala 1-100) menempati posisi tertinggi ke lima di Indonesia5.
Hal serupa bukan tidak mungkin terjadi di NTT. Dengan pengelolaan yang baik,
niscaya dampak positif akan dirasakan oleh masyarakat NTT. Namun diperlukan
berbagai optimalisasi pada beberapa sektor penunjang pariwisata serta
kontribusi berbagai pihak untuk mencapai keadaan tersebut.
Beberapa
sektor penunjang pariwisata yang perlu mendapat perhatian khusus adalah sektor
akomodasi (hotel dan penginapan), sektor penyediaan makanan dan minuman
(restoran dan rumah makan), penyediaan souvenir dan belanja, sektor
transportasi dan sektor hiburan. Lima sektor tersebut merupakan sektor yang
paling dibutuhkan oleh wisatawan dan paling besar persentasenya terhadap pengeluaran
wisatawan selama berwisata6. Dari sisi sektor Akomodasi, besaran
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) yang masih kurang dari 55% mengindikasikan
kebutuhan akan kamar dan hotel sudah cukup terpenuhi7. Namun
peningkatan kualitas dan pelayanan perlu terus dilakukan agar wisatawan
mencapai kepuasan maksimal, sehingga dapat memberi kesan positif terhadap calon
wisatawan yang akan berkunjung.
Dari sisi
sektor penyediaan makanan dan minuman diperlukan peningkatan dalam hal variasi
dan kreatifitas masyarakat lokal dalam mengolah sumber daya yang ada menjadi
makanan khas dengan cita rasa yang tinggi. Saat ini makanan khas di NTT masih
cenderung minim dan kurang populer di kalangan wisatawan, tak jarang mereka
bingung apa makanan khas yang wajib dicoba ketika berkunjung ke NTT.
Peningkatan serupa juga diperlukan pada
sektor penyediaan souvenir dan belanja. Selain itu, penyediaan
fasilitas-fasilitas pembelian oleh-oleh khas yang lebih terpadu juga penting,
mengingat wisatawan hampir pasti akan membeli cindera mata khas lokal untuk
dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
Dari segi
transportasi, aksesibilitas wisatawan terhadap tempat-tempat wisata perlu
perhatian besar. Beberapa objek wisata masih dirasa sulit akses dan kurang
perhatian serius. Air Terjun Tanggedu di Sumba Timur misalnya, perlu perjalanan
kaki kurang lebih 1 jam dari tempat parkir melalui medan yang cukup berat dengan
fasilitas seadanya agar dapat mencapai air terjun. Padahal tempat wisata
tersebut sangat berpotensi untuk menjadi objek wisata andalan NTT. Selain itu,
beberapa objek wisata masih minim fasilitas pendukung, seperti pedagang
penyedia makan minum, tempat istirahat sementara, dan tempat ibadah.
Sektor
hiburan juga perlu dilakukan optimalisasi lebih mengingat masih minimnya
objek-objek wisata yang menyuguhkan atraksi kebudayaan. Kalaupun ada, tidak
disediakan jadwal yang jelas dan rutin, sehingga wisatawan tidak dapat
menikmatinya secara maksimal.
Optimalisasi
terhadap sektor-sektor tersebut berpotensi untuk meningkatkan daya tarik
pariwisata NTT sehingga berdampak positif terhadap kunjungan wisatawan. Dengan
demikian, melalui pemanfaatan yang baik hal tersebut akan meningkatkan
perekonomian masyarakat lokal. Jika masyarakat mempunyai taraf ekonomi yang
baik maka secara makro dapat meningkatkan perekonomian NTT secara keseluruhan.
Sumber Data:
1.
Publikasi
Ringkasan Eksekutif Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia, Maret 2013
& 2018, BPS Indonesia
2.
Publikasi
Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2018, BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur
3.
Publikasi
Statistik Hotel dan Akomodasi Lainnya Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2013-2017, BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur
4.
Tabel
Dinamis website BPS Indonesia, bps.go.id
5.
Tabel
Dinamis website BPS Indonesia, bps.go.id
6.
Publikasi
Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara 2017, BPS Indonesia
7.
Publikasi
Statistik Hotel dan Akomodasi Lainnya Provinsi Nusa Tenggara Timur 2017, BPS
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Berita Terkait
[OPINI] Potensi Tanaman Pangan NTT Belum Dikelola Maksimal, Begini Penjelasannya
[OPINI] Memaknai Angka Kemiskinan NTT
[OPINI] NTT dan Alunan Berjuta Simfoni
Expose Data Pariwisata dan perannya terhadap perekonomian NTT
[OPINI] Peran Perempuan NTT di Era Globalisasi
[OPINI] Pilgub NTT Kampanye Tanpa Data: Omong Deng?
Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur (Statistics of Nusa Tenggara Timur Province)Jl. R. Suprapto No. 5 Kupang - 85111
Telp (0380) 826289; 821755; Faks (0380) 833124
Mailbox : pst5300@bps[dot]go[dot]id
bps5300@bps[dot]go[dot]id
Tentang Kami