Manual Tautan Peta Situs S&K
Slidebars Logo Logo Berakhlak
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Berita
  • Senarai Rencana Terbit
    • ARC Publikasi BPS
    • ARC BRS
  • Publikasi
  • Berita Resmi Statistik
  • PPID
DATA SENSUS
Beranda » Kegiatan Statistik » [OPINI] Peran Perempuan NTT di Era Globalisasi

Sosial dan
Kependudukan

Agama

Gender

Geografi

Iklim

Indeks Pembangunan Manusia

Kemiskinan dan Ketimpangan

Kependudukan

Kesehatan

Konsumsi dan Pengeluaran

Pemerintahan

Pendidikan

Perumahan

Politik dan Keamanan

Potensi Desa

Sosial Budaya

Tenaga Kerja

Ekonomi dan
Perdagangan

Ekspor-Impor

Energi

Harga Eceran

Industri

Inflasi

Input output

ITB-ITK

Keuangan Daerah

Komunikasi

Konstruksi

Nilai Tukar Petani

Pariwisata

Produk Domestik Regional Bruto (Kabupaten/Kota)

Produk Domestik Regional Bruto (Lapangan Usaha)

Produk Domestik Regional Bruto (Pengeluaran)

Sensus Ekonomi 2016

Transportasi

Upah Buruh

Pertanian dan
Pertambangan

Hortikultura

Kehutanan

Perikanan

Perkebunan

Pertambangan

Peternakan

Tanaman Pangan

Media Sosial
Facebook Instagram
Twitter Youtube
RSS FEEDS
Berita Resmi Statistik
Publikasi

[OPINI] Peran Perempuan NTT di Era Globalisasi

Oleh: Andrew Donda Munthe
ASN pada BPS Kota Kupang, Mahasiswa Pascasarjana IPB Bogor

 

POS KUPANG.COM -Bangsa Indonesia memiliki salah satu pahlawan yang memperjuangkan kesetaraan gender di negeri ini. Tokoh perempuan dengan perjalanan hidup yang luar biasa itu bernama R.A. Kartini.

Bahkan untuk menghormati jasa-jasa beliau, maka setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Sosoknya dikenal sebagai pahlawan yang memperjuangkan hak-hak perempuan pada masanya.

Bahkan W.R. Supratman menuangkan kekagumannya pada sosok ini dalam lagu "Ibu Kita Kartini". Lagu yang bercerita tentang seorang putri Indonesia yang berjuang "memerdekakan" kaum perempuan dari berbagai ketidakadilan.

Pemikiran, kegelisahan, gagasan, hingga pemberontakan Kartini tercurah pada surat-surat yang dituliskannya. Surat-surat Kartini inilah yang kemudian dikumpulkan dan diterbitkan pada tahun 1911 menjadi sebuah buku berjudul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang).

Masalah yang dialami oleh Kartini pada zamannya, ternyata masih banyak terjadi hingga kini.

Realitas yang memang benar-benar nyata terjadi ketika perempuan di Indonesia belum sepenuhnya "merdeka" dari beragam jerat persoalan kehidupan sehari-hari. Salah satunya banyak perempuan di Indonesia yang masih terbelenggu pada masalah ketidakberdayaannya dalam meraih pendidikan tingkat lanjut.

Selain itu, perempuan Indonesia punya keterbatasan dalam mengungkapkan gagasan serta tidak punya kebebasan dalam memilih pilihan yang terbaik bagi dirinya sendiri. Lalu bagaimana kondisi perempuan di NTT?

Kondisi perempuan di NTT juga tak lepas dari banyak persoalan. Mulai dari persoalan pendidikan, ketenagakerjaan, hingga masalah kesehatan.

Pada sektor pendidikan, perempuan NTT secara umum sebagian besarnya hanya mampu mengenyam pendidikan dasar. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2016 mencatat hanya ada sekitar 70,32 persen perempuan berumur sepuluh tahun ke atas yang pernah mengikuti jenjang pendidikan dasar.

Perempuan yang mampu menamatkan pendidikan dasar (SD) hanya sebesar 37,58 persen. Sedangkan perempuan yang tidak mampu menyelesaikan pendidikan dasar karena berbagai kendala dan keterbatasan adalah sebesar 32,74 persen.

Jumlah perempuan yang kemudian melanjutkan pendidikan dari sekolah dasar terus mengalami penurunan secara drastis untuk tingkatan jenjang yang lebih tinggi (BPS, Publikasi Provinsi Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2017).

Perempuan NTT faktanya kurang diberi kesempatan mengembangkan diri melalui jalur formal untuk bersekolah pada jenjang pendidikan tingkat lanjut. Banyak orang tua di NTT yang merasa "cukup" ketika anak-anak perempuan mereka sudah dapat membaca dan menulis di jenjang pendidikan dasar.

Himpitan ekonomi membuat banyak perempuan NTT terpaksa harus membantu mengurus rumah tangga, menikah dini atau bekerja serabutan daripada memilih untuk melanjutkan pendidikan.

Dengan tingkat pendidikan perempuan NTT yang rendah berimplikasi pada sulitnya mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang memadai.

Sebagian besar perempuan NTT berusia 15 tahun ke atas hanya mampu bekerja di sektor primer (bidang pertanian) dengan persentase mencapai 53,07 persen (Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional Tahun 2016). Status perempuan yang bekerja tersebut pun mayoritasnya hanya sebagai pekerja keluarga atau pekerja tak dibayar.

Tingkat pendidikan yang rendah serta minimnya upaya edukasi kepada perempuan NTT, termasuk kaum ibu, memberi dampak yang negatif pada kesehatan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Bahkan permasalahan yang kerap kali "menghantui" perempuan dan kaum ibu di NTT adalah terkait kesehatan bayi dan balita.

Banyak kaum ibu di NTT yang tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan pertama masa pertumbuhan kepada bayinya. Selain itu, pengetahuan kaum ibu yang rendah tentang imunisasi membuat bayi dan balita rentan akan serangan berbagai penyakit.

Belum lagi permasalahan terkait kasus balita berstatus gizi buruk. Gizi buruk balita masih marak dijumpai di seluruh kabupaten/kota di provinsi ini dengan total mencapai 3.072 kasus pada tahun 2016. Hal-hal diatas menambah daftar panjang permasalahan yang dihadapi oleh perempuan dan kaum ibu di NTT.

Perjuangan nilai-nilai luhur yang telah dimulai oleh Kartini harus segera disebarluaskan, dipahami dan diimplementasi oleh berbagai elemen masyarakat di seluruh NTT. Terutama bagi kaum perempuan dan kaum ibu.

Kartini menyatakan bahwa perempuan adalah pembawa peradaban. Dari perempuanlah, setiap anak terlahir untuk dapat belajar banyak hal tentang dunia ini.

Dalam dekapan ibu, anak-anak mendapat pendidikan awal untuk bisa merasakan respons, berbicara, hingga berjalan. Perempuan dan kaum ibu yang terdidik dengan baik akan menghasilkan anak-anak yang terdidik pula.

Anak-anak inilah yang kelak akan tumbuh dan berkembang menjadi generasi penerus bangsa ini.

Harapan akan masa depan yang lebih baik harus tetap menyala ditengah-tengah realitas pahit akan nasib terpuruk yang dialami oleh banyak perempuan dan kaum ibu di NTT.

Diperlukan kejujuran, partisipasi aktif serta keterbukaan dari berbagai pihak untuk lebih memberikan peran terhadap perempuan dan kaum ibu di NTT. Harus ada gerakan nyata untuk segera dilakukan.

Misalnya saja tentang edukasi dan sosialisasi terkait pemberian ASI Eksklusif, imunisasi, nutrisi tambahan makanan untuk balita maupun tentang pola hidup sehat.

Untuk membantu perekomomian keluarga, perempuan NTT juga harus diberikan pengetahuan serta keterampilan yang berdaya guna. Pemerintah daerah misalkan membuat sentra-sentra usaha yang anggotanya diberi keterampilan tentang pembuatan suatu produk, cara mengelola keuangan, hingga pada permasalahan pemasaran.

Dengan demikian para perempuan dan kaum ibu dapat mulai beralih dari usahanya yang bernilai kurang ekonomis sebagai pekerja keluarga/pekerja tak dibayar di sektor pertanian.

Usaha yang dikelola oleh perempuan dan kaum ibu di NTT punya potensi yang sangat besar untuk berhasil apabila didukung dengan baik oleh berbagai pihak. Misalkan saja usaha kain tenun ikat hasil olahan para perempuan NTT digunakan untuk seragam sekolah atau seragam kantor pada hari tertentu.

Dengan permintaan pembuatan kain tenun yang tinggi maka akan menggerakkan roda perekonomian masyarakat terutama bagi kaum perempuan.

Penggunaan kain tenun yang begitu massal di masyarakat juga akan memberikan dampak pada daya tarik wisatawan domestik dan mancanegara untuk membeli berbagai produk olahan hasil tenun tersebut.

Masih banyak sektor lain yang bisa dikembangkan oleh perempuan dan kaum ibu di NTT seperti pada sektor perdagangan, industri pengolahan makanan minuman, hingga ke sektor-sektor industri kreatif lainnya.

Peringatan Hari Kartini dapat menjadi bahan perenungan bersama. Ternyata masih banyak perempuan Indonesia, termasuk di NTT, yang belum sepenuhnya "merdeka" menikmati kebebasan di bumi pertiwi.

Sudah saatnya kaum perempuan NTT benar-benar menikmati kemerdekaan seperti yang diperjuangkan oleh Kartini. Menjadi perempuan "utuh", "mandiri" dan "bertanggung jawab".

Menjadi perempuan-perempuan tangguh yang memberi konstribusi nyata dan berperan penting bagi kemajuan bangsa dan negara Indonesia dalam menghadapi era globalisasi.

Sumber: http://kupang.tribunnews.com/2018/04/23/peran-perempuan-ntt-di-era-globalisasi


Lihat Kegiatan Lain

Tanya Bung Itung
#DataCerdaskanBangsa

Bung Itung
Hai 👋

Saya Bung Itung, asisten virtual Anda, Jika ada pertanyaan seputar data BPS, Bung Itung siap bantu. Jam Layanan di hari kerja Senin s/d Jumat pukul 08.30 sampai 15.30.
06:47
×
Butuh Bantuan?
| Anda hobi menulis? Submit Karya Ilmiahmu di Jurnal Statistika Terapan (JSTAR) BPS Provinsi NTT melalui tautan jstar.id || Anda merasa pelayanan kami kurang optimal? Laporkan pengaduan anda disini  || Untuk layanan konsultasi data silahkan hubungi kami melalui 081339128718 (whatsapp only) atau melalui email pst5300@bps.go.id

Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur (Statistics of Nusa Tenggara Timur Province)

Jl. R. Suprapto No. 5 Kupang - 85111, Telp (0380) 826289, 821755, Faks (0380) 833124, Mailbox : pst5300@bps[dot]go[dot]id, bps5300@bps[dot]go[dot]id

Untuk tampilan terbaik Anda dapat gunakan berbagai jenis browser kecuali IE, Mozilla Firefox 3-, and Safari 3.2- dengan lebar minimum browser beresolusi 275 pixel.

Hak Cipta © 2023 Badan Pusat Statistik

Semua Hak Dilindungi

  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Berita
  • Senarai Rencana Terbit
  • Publikasi
  • Berita Resmi Statistik
  • PPID
  • Tautan
    • Indikator Strategis
    • Galeri Infografis
    • Tabel Dinamis
    • Istilah
    • Katalog Datamikro
    • Metadata
    • Reformasi Birokrasi
    • Master File Desa
    • SPK Online
    • Pengaduan
    • LPSE
    • Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
    • Pusat Pendidikan dan Latihan BPS
  • Hak Cipta © Badan Pusat Statistik Republik Indonesia

Sosial dan
Kependudukan

Agama

Gender

Geografi

Iklim

Indeks Pembangunan Manusia

Kemiskinan dan Ketimpangan

Kependudukan

Kesehatan

Konsumsi dan Pengeluaran

Pemerintahan

Pendidikan

Perumahan

Politik dan Keamanan

Potensi Desa

Sosial Budaya

Tenaga Kerja

Ekonomi dan
Perdagangan

Ekspor-Impor

Energi

Harga Eceran

Industri

Inflasi

Input output

ITB-ITK

Keuangan Daerah

Komunikasi

Konstruksi

Nilai Tukar Petani

Pariwisata

Produk Domestik Regional Bruto (Kabupaten/Kota)

Produk Domestik Regional Bruto (Lapangan Usaha)

Produk Domestik Regional Bruto (Pengeluaran)

Sensus Ekonomi 2016

Transportasi

Upah Buruh

Pertanian dan
Pertambangan

Hortikultura

Kehutanan

Perikanan

Perkebunan

Pertambangan

Peternakan

Tanaman Pangan