Manual Tautan Peta Situs S&K
Slidebars Logo Logo Berakhlak
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Berita
  • Senarai Rencana Terbit
    • ARC Publikasi BPS
    • ARC BRS
  • Publikasi
  • Berita Resmi Statistik
  • PPID
DATA SENSUS
Beranda » Kegiatan Statistik » [OPINI] Potensi Tanaman Pangan NTT Belum Dikelola Maksimal, Begini Penjelasannya

Sosial dan
Kependudukan

Agama

Gender

Geografi

Iklim

Indeks Pembangunan Manusia

Kemiskinan dan Ketimpangan

Kependudukan

Kesehatan

Konsumsi dan Pengeluaran

Pemerintahan

Pendidikan

Perumahan

Politik dan Keamanan

Potensi Desa

Sosial Budaya

Tenaga Kerja

Ekonomi dan
Perdagangan

Ekspor-Impor

Energi

Harga Eceran

Industri

Inflasi

Input output

ITB-ITK

Keuangan Daerah

Komunikasi

Konstruksi

Nilai Tukar Petani

Pariwisata

Produk Domestik Regional Bruto (Kabupaten/Kota)

Produk Domestik Regional Bruto (Lapangan Usaha)

Produk Domestik Regional Bruto (Pengeluaran)

Sensus Ekonomi 2016

Transportasi

Upah Buruh

Pertanian dan
Pertambangan

Hortikultura

Kehutanan

Perikanan

Perkebunan

Pertambangan

Peternakan

Tanaman Pangan

Media Sosial
Facebook Instagram
Twitter Youtube
RSS FEEDS
Berita Resmi Statistik
Publikasi

[OPINI] Potensi Tanaman Pangan NTT Belum Dikelola Maksimal, Begini Penjelasannya

Oleh : Andrew Donda Munthe
ASN pada BPS Kota Kupang, Mahasiswa Pascasarjana IPB Bogor

 

POS KUPANG.COM - Sektor pertanian merupakan salah satu sektor strategis dan prioritas bagi nadi perekonomian di hampir seluruh wilayah di Indonesia, termasuk juga di NTT.

Definisi sektor pertanian secara umum mencakup beberapa subsektor yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.

Dari beberapa subsektor tersebut, tanaman pangan (padi dan palawija) menjadi komponen terpenting dalam menjaga stabilitas pangan nasional.

Lalu bagaimana kondisi perkembangan tanaman pangan yang ada di NTT saat ini?

Potensi tanaman pangan yang ada di NTT masih belum dikelola secara maksimal. Kontribusinya dalam perekonomian di NTT masih di bawah subsektor peternakan.

Tahun 2016, tanaman pangan menyumbang 8,86 persen dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi NTT.

Sedangkan kontribusi dari subsektor peternakan dan hasil-hasilnya mampu mencapai 9,48 persen (BPS, Publikasi Provinsi Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2017).

Misi pemerintah daerah Provinsi NTT periode tahun 2013 -2018 yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tidak secara khusus membahas peningkatan produksi potensi pertanian tanaman pangan di bumi Flobamora.

Ada delapan misi yang hendak dicapai oleh pemerintah daerah selama periode tahun 2013 -2018 yaitu 1) Meningkatkan pelayanan pendidikan dalam rangka terwujudnya mutu pendidikan, kepemudaan dan keolahragaan yang berdaya saing; 2)

Meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat melalui pelayanan yang dapat dijangkau masyarakat; 3) Memberdayakan ekonomi rakyat dan mengembangkan ekonomi kepariwisataan dengan mendorong pelaku ekonomi untuk mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal;

4) Pembenahan sistem hukum dan reformasi birokrasi; 5) Mempercepat pembangunan infrastruktur yang berbasis tata ruang dan lingkungan hidup; 6) Meningkatkan kualitas kehidupan keluarga, pemberdayaan perempuan serta perlindungan kesejahteraan anak; 7) Mempercepat pembangunan kelautan dan perikanan; 8) Mempercepat penanggulangan kemiskinan, bencana dan pembangunan kawasan perbatasan.

Potensi pertanian tanaman pangan yang cukup besar di NTT ternyata belum menjadi skala prioritas pemerintah daerah. Hal ini sangat bertolak belakang dengan keinginan pemerintah pusat yang berambisi meningkatkan produksi tanaman pangan hingga mencapai target swasembada.

Dalam buku agenda pembangunan nasional yang memuat rencana pembangunan jangka menengah nasional 2015 -2019, pemerintah pusat memiliki target dan sasaran yang jelas di sektor pertanian.

Sasaran utamanya adalah untuk dapat meningkatkan dan memperkuat kedaulatan pangan sehingga mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri atau swasembada.

Bahkan secara khusus ada target terukur yang dapat diawasi bersama oleh seluruh elemen masyarakat terkait dengan pembangunan di sektor pertanian.

Beberapa target terukur pemerintah pusat dalam meningkatkan hasil produksi pertanian adalah dengan membangun dan meningkatkan layanan jaringan irigasi 1 juta hektar (Ha), merehabilitasi 3 juta Ha jaringan irigasi untuk mengembalikan layanan irigasi, beroperasinya dan terpeliharanya jaringan irigasi 7,3 juta Ha, serta membangun 49 waduk baru.

Untuk wilayah NTT, pemerintah pusat berencana membangun 7 waduk (bendungan) "raksasa" di berbagai lokasi. Waduk tersebut dibangun dengan tujuan meningkatkan produksi hasil pertanian, sebagai sumber air baku, pembangkit listrik, bahkan dapat pula dimanfaatkan sebagai tempat wisata.

Biaya untuk membangun 7 waduk tersebut mencapai angka yang fantastis yaitu mencapai Rp 5,9 triliun.

Dari 7 waduk atau bendungan yang direncanakan, yang telah selesai dibangun dan diresmikan Presiden Joko Widodo di awal tahun 2018 adalah Bendungan Raknamo.

Bendungan "megah" ini berlokasi di Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang. Kehadiran Bendungan Raknamo diharapkan dapat mengatasi permasalahan klasik rendahnya tingkat produksi pertanian di NTT yaitu ketersediaan air.


Problem Data Pertanian

Salah satu isu penting agar pembangunan di sektor pertanian dapat direncanakan dengan tepat sasaran adalah dengan ketersediaan data yang lengkap dan akurat. Selama ini, kredibilitas data pertanian masih banyak diragukan oleh berbagai kalangan.

Menurut Kepala Subdirektorat Statistik Tanaman Pangan Badan Pusat Statistik, Dr. Kadarmanto M.A, perlu adanya perbaikan mendasar dalam metode pengumpulan data produksi tanaman pangan.

Evaluasi berlapis, sinergi antar lembaga terkait, laporan mingguan secara online, maupun pengawasan dan dokumentasi di lapangan merupakan beberapa cara untuk meningkatkan mutu dan kualitas data produksi pertanian.

Pembenahan data produksi tanaman pangan sangat mendesak untuk dilakukan karena nilai produksi yang setiap tahun terus meningkat hingga melahirkan klaim pemerintah akan adanya surplus. Hal ini terasa janggal karena pada faktanya banyak petani di berbagai wilayah yang mengalami gagal panen.

Bahkan permasalahan pertanian tanaman pangan di NTT sangat pelik. Dukungan yang kurang optimal dari pemerintah setempat, masalah ketersediaan air, metode bercocok tanam yang masih tradisional, serangan hama, bibit yang ditanam bukan jenis unggul, hingga ketersediaan pupuk yang langka membuat petani NTT tidak mampu untuk meningkatkan hasil produksi pertaniannya.

Maka akan sangat mengherankan apabila berdasarkan laporan nilai produksi pertanian tanaman pangan terus meningkat setiap tahun. Padahal kenyataannya di lapangan banyak petani yang "menjerit" karena hasil produksinya tidak sesuai harapan akibat menghadapi begitu banyak kendala dan keterbatasan.

Harus diakui secara jujur jika tingkat kesejahteraan petani di NTT masih sangat memprihatinkan. Sektor pertanian adalah peyumbang terbesar denyut nadi perekonomian daerah ini dengan kontribusi tertinggi bagi pembentukan nilai PDRB.

Akan tetapi, sebagian besar masyarakat NTT yang terkategori miskin adalah mereka yang sehari-harinya bekerja di sektor pertanian. Sebuah kondisi yang sangat kontradiktif tetapi nyata terjadi di NTT.

Potensi pertanian yang begitu besar belum mampu dikelola optimal sehingga banyak petani di NTT masih terpuruk dalam jurang kemiskinan.

Pembenahan di sektor pertanian yang harus segera dilakukan meliputi tiga aspek yaitu kerja keras, kerja cerdas, dan kerja tulus. Pemerintah perlu melahirkan kebijakan-kebijakan yang tepat guna dan tepat sasaran bagi para petani. Kolaborasi kebijakan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah pun mutlak diperlukan.

Hal ini agar kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah pusat dapat selaras dan dikembangkan secara komprehensif oleh pemerintah daerah.

Potensi pertanian di NTT hanya dapat dimaksimalkan dengan perpaduan beberapa komponen utama yaitu perencanaan yang matang, pelaksanaan lapangan sesuai petunjuk teknis, serta evaluasi berkala.

Perencanaan yang matang tentu memerlukan data akurat sehingga dengan kalkulasi statistik diperoleh target dan sasaran yang realistis. Sedangkan pelaksanaan lapangan merupakan bentuk tindak lanjut dari rencana yang telah disusun.

Petani merupakan subjek sekaligus objek dalam mensukseskan semua kegiatan lapangan yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian.

Kegiatan yang tak kalah penting dalam memaksimalkan potensi pertanian di NTT adalah dengan melakukan evaluasi berkala (mingguan, bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan).

Semua kendala yang ditemukan di lapangan harus segera dibahas oleh lembaga atau instansi terkait untuk kemudian ditemukan solusi yang terbaik. Semoga dengan semua langkah di atas, potensi pertanian NTT dapat dioptimalkan untuk kesejahteraan petani yang lebih baik.


Sumber: http://kupang.tribunnews.com/2018/04/17/potensi-tanaman-pangan-ntt-belum-dikelola-maksimal-begini-penjelasannya


Lihat Kegiatan Lain

Tanya Bung Itung
#DataCerdaskanBangsa

Bung Itung
Hai 👋

Saya Bung Itung, asisten virtual Anda, Jika ada pertanyaan seputar data BPS, Bung Itung siap bantu. Jam Layanan di hari kerja Senin s/d Jumat pukul 08.30 sampai 15.30.
06:41
×
Butuh Bantuan?
| Anda hobi menulis? Submit Karya Ilmiahmu di Jurnal Statistika Terapan (JSTAR) BPS Provinsi NTT melalui tautan jstar.id || Anda merasa pelayanan kami kurang optimal? Laporkan pengaduan anda disini  || Untuk layanan konsultasi data silahkan hubungi kami melalui 081339128718 (whatsapp only) atau melalui email pst5300@bps.go.id

Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur (Statistics of Nusa Tenggara Timur Province)

Jl. R. Suprapto No. 5 Kupang - 85111, Telp (0380) 826289, 821755, Faks (0380) 833124, Mailbox : pst5300@bps[dot]go[dot]id, bps5300@bps[dot]go[dot]id

Untuk tampilan terbaik Anda dapat gunakan berbagai jenis browser kecuali IE, Mozilla Firefox 3-, and Safari 3.2- dengan lebar minimum browser beresolusi 275 pixel.

Hak Cipta © 2023 Badan Pusat Statistik

Semua Hak Dilindungi

  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Berita
  • Senarai Rencana Terbit
  • Publikasi
  • Berita Resmi Statistik
  • PPID
  • Tautan
    • Indikator Strategis
    • Galeri Infografis
    • Tabel Dinamis
    • Istilah
    • Katalog Datamikro
    • Metadata
    • Reformasi Birokrasi
    • Master File Desa
    • SPK Online
    • Pengaduan
    • LPSE
    • Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
    • Pusat Pendidikan dan Latihan BPS
  • Hak Cipta © Badan Pusat Statistik Republik Indonesia

Sosial dan
Kependudukan

Agama

Gender

Geografi

Iklim

Indeks Pembangunan Manusia

Kemiskinan dan Ketimpangan

Kependudukan

Kesehatan

Konsumsi dan Pengeluaran

Pemerintahan

Pendidikan

Perumahan

Politik dan Keamanan

Potensi Desa

Sosial Budaya

Tenaga Kerja

Ekonomi dan
Perdagangan

Ekspor-Impor

Energi

Harga Eceran

Industri

Inflasi

Input output

ITB-ITK

Keuangan Daerah

Komunikasi

Konstruksi

Nilai Tukar Petani

Pariwisata

Produk Domestik Regional Bruto (Kabupaten/Kota)

Produk Domestik Regional Bruto (Lapangan Usaha)

Produk Domestik Regional Bruto (Pengeluaran)

Sensus Ekonomi 2016

Transportasi

Upah Buruh

Pertanian dan
Pertambangan

Hortikultura

Kehutanan

Perikanan

Perkebunan

Pertambangan

Peternakan

Tanaman Pangan